Raja Silahi Sabungan

-Pinggan Matio Br.PadangBatang Hari
1. Loho Raja
2.Tungkir Raja
3. Sondi Raja
4. Butar Raja
5. Dabariba Raja
6. Debang Raja
7. Batu Raja

-Nailing Boru Nairasaon
8. Tambun Raja

*Putri : Deang Namora

PODA SAGU-SAGU MARLANGAN


Share This


1] LOHO RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIHALOHO)
Melihat kondisi kehamilan Pingganmatio, Raja Parultep (ayah Pinggan Matio) lalu menyarankan supaya putrinya tinggal di Balla sampai kelahiran anaknya. Tiba waktunya melahirkan, Pinggan Matio melahirkan seorang anak Laki-laki. Silahi Sabungan merasa gembira dan bersyukur karena dia sudah menjadi seorang ayah. Begitu juga Raja Parultep merasa berbahagia karena kelahiran cucu dari putrinya Pinggan Matio. Raja Parultep mengundang raja-raja kampung dan penduduk Balla untuk merayakan kelahiran cucunya. Kemudian Raja Parultep memberi nama cucunya si Loho, artinya lega. Kemudian dikenal dengan Loho Raja, putra sulung Raja SilahiSabungan. Keturunannya kemudian memakai marga Sihaloho.

2] TUNGKIR RAJA (KETURUNANYA MEMAKAI MARGA SITUNGKIR, SIPANGKAR DAN SIPAYUNG )
Suatu ketika, Raja Parultep merasa kangen dengan putri dan cucunya. Raja Parultep kemudian pergi ke kampung Lahi (sekarang menjadi Silalahi Nabolak) untuk melihat (tungkir=tingkir). Setibanya disana, tiba waktunya Pinggan Matio melahirkan putranya yang ke dua. Raja Parultep kemudian memberinya nama Tungkir Raja. Di Silalahi Nabolak, keturunan Tungkir Raja kemudian memakai marga Situngkir. Namun keturunan Situngkir di Parbaba Samosir kemudian menurunkan marga keturunannya , yaitu marga Sipangkar dan Sipayung. Keturunan Sipayung yang merantau ke Simalungun tetap memamaik marga Sipayung sebagai marga. Tetapi berbeda di Tanah Karo, Keturunan Sipangkar dan Sipayung kemudian berafiliasi dengan merga Sembiring, yaitu Sembiring Sinupangkar dan Sinupayung. Tetapi belakangan ada juga keturunan Silalahi dan Sihaloho yang kemudian menjadi Sembiring Sinulaki dan Keloko.

3] SONDI RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA RUMA SONDI, RUMASINGAP, SILALAHI, SIHALOHO, SINABUTAR, SINABANG, SINAGIRO, NAIBORHU, NADAPDAP, SINURAT, DOLOK SARIBU )
Pada suatu ketika Silahi Sabungan sedang membuat tempat tidur dari kayu bulat (sondi). Tiba waktunya Pinggan Matio melahirkan putranya yang ke tiga. Silahi Sabungan kemudian memberinya nama Sondi Raja. Dari keturunan Sondi Raja terlahir marga Rumasondi dan Rumasingap. Dari keturunan Rumasondi adalah Bolon Raja dan Raja Parmahan . Dari keturunanan Raja Parmahan yang kemudian dikenal memakai marga Silalahi di Hinalang Silalahi , Balige. Dari Keturunan Raja Parmahan Silalahi kemudian menurunkan marga : Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, Sinabutar, Naiborhu, Sinurat, Nadapdap dan Dolok Saribu. Namun kemudian diantara mereka dianjurkan memakai marga Silalahi, sesuai marga leluhur mereka.

DEANG NAMORA
Hati Pinggan Matio yang gundah gulana diperhatikan Raja Silahi Sabungan, lalu ia pergi bersemedi kegua Batu diatas Huta Lahi. Dia memohon kepada Mulajadi Nabolon agar mereka diberikan seorang anak perempuan. Idaman Pinggan Matio dan perrmohonan Raja Silahi Sabungan dikabulkan Mulajadi Nabolon.Pinggan Matio melahirkan anak keempat seorang perempuan, lalu ia berkata : “ Nunga Gabe jala mamora ahu, hubahen ma goar ni borunta on Deang Namora,” ( Sudah bahagia dan kaya aku, kuberikan nama Puteri kita Deang Namora = Putri nan kaya) katanya kepada Raja Silahi Sabungan dengan bahagia. Raja Silahi Sabungan juga merasa bahagia karena permintaannya terkabulkan. Namun sang putri Deang Namora konon meninggal saat usia muda dan tidak sempat memiliki keturunan.

4] BUTAR RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABUTAR ).
 Kemudian Pinggan Matio melahirkan anak kelima, seorang anak laki – laki. Pada waktu kelahiran anak kelima ini, raja Silahisabungan baru mengganti atap rumah yang terbuat dari kayu butar. Oleh karena itu mereka membuat nama anak kelima ini Butar Raja. Dari keturunanan Butar Raja ialah Ruma Bolon, Ruma Biak dan Ruma Tungkup. Keturunannya sekarang ini memakai marga Sidabutar.

5] DABARIBA RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABARIBA )
Pada waktu kelahiran anak keenam, Raja Silahi Sabungan sedang berada di Parbaba Samosir untuk mencari tanah kosong. Setelah Raja Silahisabungan kembali dari seberang (bariba) dijumpainya telah lahir seorang anak laki-laki. Karena ia baru tiba dari Bariba (seberang) maka diberilah nama anak itu Bariba Raja. Keturunanan Sidabariba adalah Lumban Toruan, Lumban Tonga-tonga dan Lumban Dolok. Keturunan Dabariba Raja memakai marga Sidabariba.

6] DEBANG RAJA ( KETURUNANYA MEMAKAI MARGA SIDEBANG )
Kelahiran anak Raja Silahisabungan yang ketujuh ditandai dengan terjadinya peristiwa alam. Pada saat Pinggan Matio melahirkan, turun hujan lebat sehingga terjadi tenah longsor ( tano bongbong ) di Silalahi Nabolak. Karena Tano Bongbong ( Tanah Longsor ) itu mengejutkan Raja Silahi Sabungan dan Pinggan Matio, maka mereka membuat nama anak laki – laki yang baru lahir itu Debong Raja = Debang Raja. Keturunannya ialah Siari, Sitaon, Sisidung yang memakai marga Sidebang.

 7] BATU RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA PINTUBATU, SIGIRO).
Anak Raja Silahisabungan yang kedelapan bernama Batu Raja atau Pintu Batu. Pada waktu kelahiran anak bungsu Pinggan Matio ini, Raja Silahi Sabungan sedang bersemedi di Gua batu di lereng bukit Silalahi. Saat melahirkan itu, Pinggan Matio merasa lelah karena faktor usia, sehingga mengerang minta bantuan. Loho Raja yang melihat ibunya mengerang pergi mamanggil Raja Silahi Sabungan. Raja Silahi Sabungan buat obat salusu ( obat penambah tenaga ), Boru Pinggan Matio melahirkan seorang anak laki – laki. Karena Silahi Sabungan dipanggil dari Gua Batu maka diberilah nama anak itu Batu Raja atau Pintu Batu. Dengan kelahiran Batu Raja maka anak Raja Silahi Sabungan dari Pinggan Matio boru Padang Batanghari berjumlah delapan orang, tujuh orang anak laki-laki dan seorang puteri. Keturunan Batu Raja (Pintu Batu) ialah Lumban Pea, Huta Balian dan Sigiro. Umumnya mereka memakai marga Pintu Batu atau Sigiro dan Silalahi.

8] TAMBUN RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA TAMBUN DAN TAMBUNAN )
Turi-turiannya, Raja Silahi Sabungan tengah melanglang buana ke negeri Sibisa, negeri Raja Magarerak. Raja Mangarerak tengah gundah kerena putri tersayangnya tengah mengalami sakit teluh yang sedemikian parah. Ketika Raja Silahi Sabungan datang, ia kemudian diminta mengobati Sang Putri Milingiling, putri Raja Mangarerak. Raja Silahi Sabungan bersedia dengan satu syarat, jika kelak sembuh maka raja Silahi Sabungan akan mengawininya sebagai istri. Tanpa pikir panjang, Raja Mangarerak menyetujuinya. Raja Silahi Sabungan ternyata berhasil menyembuhkan Sang Putri, sesuai kesepakatan maka Raja Silahi Sabungan kemudian memperistri Sang Putri, meski sebenarnya telah terpaut usia yang cukup jauh. Konon juga, Sang Putri memanggil Raja Silahi Sabungan dengan sebutan Amangboru, hal ini dikarenakan kessenjangan usia tersebut. Ketika Sang Putri tengah mengandung, prahara terjadi dan Raja Mangarerak meminta supaya Raja Silahi Sabungan segera meninggalkan negeri Sibisa. Dengan berat hati, Raja Silahi Sabungan menyepakati namun menunggu sampai Sang Putri melahirkan. Setelah melahirkan, Raja Silahi Sabungan kemudian memboyong sang bayi dan pergi meninggalkan Sibisa, kembali ke Silalahi Nabolak. Di Silalahi Nabolak, sang anak kemudian diberi nama Tambun Raja. Pada usia menjelang dewasa, Tambun Raja kemudian kembali menemui sang Ibu yang melahirkannya dan sang Tulang (paman) di Sibisa. Tambun Raja kemudian menetap dan tinggal di Sigotom Sibisa dan menikahi putri paman-nya Boru Manurung. Oleh keturunannya ia kemudian di panggil dengan Siraja Tambun. Keturunannya ialah Tambun Mulia, Tambun Saribu,Tambun Marbun dan keturunnaya kemudian memakai marga Tambun. Pada generasi ini, baik keturunan Tambun Mulia, Tambun Saribu, Tambun Marbun, keturunan mereka memakai marga Tambun sampai hari ini. Tambun Mulia kemudian memiliki 2 anak, yaitu : Tambun Uluan and Tambun Holing. Disebut Tambun Uluan karena ia tinggal di Uluan. Keturunannya sampai hari ini tetap memakai marga Tambun sebagai marga keturunannya. Tambun Holing kemudian membuka lahan pemukiman untuk didiami dan menamakannya Huta Tambunan. Disini, Tambun Holing memiliki 3 anak, yaitu : Raja Pangaraji, Tuan Ujung Sunge dan Datu Tambunan Toba. Sekarang ini, Tambunan juga terbagi dalam 3 Wilayah , yaitu desa Tambunan Lumban Pea, desa Tambunan Lumban Gaol dan Desa Tambunan Baruara. Ketiga desa inilah Desa Tambunan, di tepi Danau Toba. Masing-masing keturunan mereka tetap menggunakan marga Tambunan. Konon, salah satu keturunan Tambunan Raja Pagar Aji – bernama Mata Sopiak- kemudian merantau ke Angkola-Mandailing dan berganti marga menjadi Daulay di sana. Datu Tambunan Toba kemudian memiliki 3 orang anak, yaitu : Raja Baruara , Lumban Pea and Lumban Gaol. Dari keturunan ke 3 anak Datu Tambunan Toba inilah kemudian terlahir marga Tambunan Baruara, Tambunan Lumbanpea dan Tambunan Lumbangaol, namun umumnya mereka memakai marga Tambunan saja. Jadi sangat jelas diketahui bahwa marga Tambunan adalah merupakan marga turunan dari marga Tambun.
Kedelapan (8) anak Raja Silahi Sabungan ini sering juga disebut 8 Raja Turpuk. Disebut Raja Turpuk karena masing-masing telah memiliki cabang marga-marga keturunannya. Raja Silahi Sabungan kemudian mengikat kedelapan anaknya dengan sebuah permufakatan yang dikenal dengan sebutan Pada Sagu-sagu Marlangan (PSSM) sampai hari ini. Dan sampai kapanpun, PSSM akan terus diwariskan kepada semua keturunan Raja Silahi Sabungan.

2 Responses so far.

  1. Cerita Tambun Raja : diceritakan Raja Silahisabungan mengobati Sang Putri Milingiling, putri Raja Mangarerak dan jika sembuh dijadikan istri Raja Silahisabungan..... tetapi di Tugu Silahi Nabolak tertulis istri Raja Silahisabungan Nailing br Nairasaon..... tarombo yang mengada-ada, tarombo nalilu.

  2. Unknown says:

    Parultep bukanlah seorang raja dan dia bukanlah mertua Raja Silahisabungan. Parultep (parburu manuk-manuk) adalah seorang pesuruh dari Raja Matanari. Parultep inilah yang kesasar ke Silalahi Nabolak dan bertemu dgn Silahisabungan. Parultep ini jugalah yang memberitahu tujuan sebenarnya adalah mencari ramuan obat karena istri raja Matanari sakit. Sehingga Silahisabungan berkenan ikut ke Balna dan mengobati istri Matanari. Sebagai upahnya Raja Matanari memberi anaknya yang tunggal bernama Pinggan Matio sebagai istri Silahisabungan setelah melalui beberapa rangkaian prises. Jadi anda salah dan merendahkan Silahisabungan dan Ompung Boru Pinggan Matio sebagai seorang putri parburu pidong (Parultep)

Leave a Reply

Raja Silahisabungan